Tugas 5 Bahasa Indonesia 2

Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
I. Bahasa Indonesia Benar dengan Baik
Bahasa yang digunakan akan dikatakan baik jika maksud yang diungkapkan dapat dipahami dengan tepat oleh orang yang menerima bahasa tersebut. Dengan kata lain, bahasa yang baik adalah bahasa vang efektif dalarn menvampaikan suatu maksud. Bahasa vang baik tidak selalu harus ragam baku. Keefektifan komunikasi lebih banyak ditentukan oleh keserasian bahasa itu dengan situasinva (waktu. tempat. dan orang yang diajak bicara). Bisa saja bahasa yang baik itu tidak benar kaidah kaidahnya. Sebaliknya, bahasa vang benar kaidah kaidahnya belum tentu bahasa. vang baik Sebab. misalnva akan janggal kedengarannya bila di kantin kita menggunakan ragam bahasa baku seperti bahasa seorang i1muwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar. Sebaliknva, akan janggal pula bila seorang ilmuwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar menggunakan bahasa seperti seorang awam yang sedang ngobrol di kantin. Dengan demikian, bahasa yang benar dengan baik itu adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah dan sesuai dengan situasi.

II. Syarat Kebahasaan
1. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan.
2. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
3. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti.
4. Tepat
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5. Denotatif
Kata vang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif
6. Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan.
7. Runtun
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf.


III. EJAAN
Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata. Jadi, bagaimana menuliskan bahasa lisan dengan aturan-aturan tersebut itulah yang berhubungan dengan ejaan. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca).
Lingkup pembahasan dalam ejaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1) Huruf Kapital
kapital tidak identik dengan huruf besar meskipun istilah ini biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf kapital digunakan untuk menandai satu bentuk huruf yang karena memiliki fungsi berbeda dalam kata atau kalimat menjadi berbeda dari bentuk huruf lain meskipun secara fonemis sebunyi. Huruf A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan a (kecil), tetapi karena fungsinya berlainan, penampilan grafisnya berbeda. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Secara umum, penggunaan huruf kapital tidak menimbulkan permasalahan. Kesalahan penulisan sering terjadi pada penulisan kata Anda. Kata Anda harus selalu ditulis dengan (A) kapital meskipun terletak di tengah atau di akhir kalimat.
2) Huruf Miring
Sebuah huruf, kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh. Huruf yang dicetak miring adalah penanda yang mengacu ke beberapa informasi, antara lain sebagai penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan (koran, majalah, dan lain-lain). Jika ditulis dengan menggunakan mesin tik manual atau tulisan tangan, huruf miring diganti dengan garis bawah. Garis bawah hendaknya ditulis per kata, bukan per kalimat.
Contoh:
a. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Salah)
b. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sain dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Betul)

2. Penulisan Kata
Beberapa hal yang termasuk ke dalam pembahasan tentang penulisan kata adalah penulisan (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) bentuk ulang, (4) gabungan kata, (4) kata ganti ku, mu, kau, dan nya, (5) partikel, (6) singkatan dan akronim, dan (7) angka dan lambang bilangan. Kecuali gabungan kata (3), penulisan kata umumnya tidak menimbulkan permasalahan.
Kesalahan penulisan gabungan kata umumnya ditemukan pada istilah khusus yang salah satu unsurnya hanya digunakan dalam kombinasi. Unsur gabungan kata yang demikian sering ditulis terpisah, padahal seharusnya disatukan.

3. Penulisan Unsur Serapan
Sebagaimana diketahui, bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Di dalam perkembangannya bahasa ini banyak menyerap dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun asing. Bahasa Sunda, Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa daerah yang banyak memperkaya bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa asing yang banyak diserap adalah bahasa Belanda, Inggris, Portugis, Sanskerta, Arab, dan Cina.
Kriteria penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia secara lebih terperinci bisa dilihat pada diktat kuliah (lampirannya). Secara umum bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang menulis bunyi. Artinya, pelafalan kita terhadap sebuah kata asing, itulah yang ditulis dalam bahasa Indonesia meskipun tidak sama sebunyi) betul.

4. Pemakaian Tanda Baca
Kalimat yang baik harus didukung oleh penggunaan tanda baca yang tepat. Para penulis sering tidak memperhatikan hal ini. Akibatnya, masih banyak ditemukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca tersebut.
Pemakaian tanda baca dalam kalimat sangat penting bukan hanya untuk ketertiban gramatikal, melainkan juga bagaimana gagasan yang dikemukakan bisa tersampaikan dengan baik. Manusia memahami sesuatu dengan bahasa, tetapi karena bahasa pula manusia bisa salah paham. Pemakaian tanda baca adalah salah satu cara untuk menghindari kesalahpahaman tersebut.

5. Penomoran
Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut :
1. Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.
2. Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
3. Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.
4. Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
5. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harusdicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Contoh:
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Metode Penelitian
1.6 Rancangan Analisis Data
1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian


IV. TATA KALIMAT
1. Definisi
Kalimat :satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Kalimat bisa diartikan pula dengan gugusan kata berstruktur atau bersistem yang mampu menimbulkan makna yang sempurna . Makna yang sempurna adalah suatu makna yang dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan maksud yang dimiliki pembuat kalimat
2. Fungsi dalam Komunikasi
Fungsi kalimat : menyampaikan pesan.
Unsur-Unsur Komunikasi: Pengirim, Penerima, Sarana
3. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
1. Pengangkatan Pegawai negeri itu belum ada surat keputusannya
2. Atas perhatian Saudara kami haturkan terima kasih
3. Teknologinya Jepang jauh lebih maju dari kita
4. Kita punya kemampuan terbaik

4. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
1. My name is Andi (nama saya adalah Andi)
2. He knows a restaurant where we can get a drink (Dia tahu rumah makan di mana kita bisa mendapatkan minuman)
3. Aeroplanes which cross the Atlantic are jets (pesawat-pesawat yang mana mengarungi lautan atlantik itu adalah jet)
4. The man to whom the letter was addressed had died months before (orang kepada siapa surat itu dialamatkan telah meninggal beberapa bulan lalu
5. The travelers with whom I had spoken come from distant town (para pelncong dengan siapa saya telah berbicara datang dari kota yang jauh)

5. Kalimat Rancu
Kalimat rancu terjadi jika kekacauan penggabungan dua bentuk (dua bentuk yang benar disatukan menjadi salah)
Contoh:
1. Diperlebarkan : dilebarkan/diperlebar
2. Seringkali : sering-sering/berkali-kali
3. Dan lain sebagainya: dan lain-lain/dan sebagainya
4. Kadangkala : kadang-kadang/adakala
5. Pada zaman dahulu kala: zaman/kala

6. Kalimat Taksa
Kalimat yang memiliki makna lebih dari satu (konotatif)
Contoh:
1. Lukisan Jamilah dipajang juga dalam pameran itu.
2. Garasi mobil yang mewah itu selalu terpelihara
3. Ibu Ahmad sakit

7. Kalimat Tidak Logis
Kalimat yang secara semantik tidak bisa diterima akal.
Contoh:
1. Yang kencing di WC itu harus disiram
2. Dilarang kers membuang sampah ke sungai.
3. Jangan memarkir kendaraan di daerah bebas parkir

8. Kalimat Mubazir/Pleonastis
Kalimat yang menggunakan kata atau kelompok kata yang berlebihan
Contoh:
1. Banyak kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan semaunya tanpa aturan.
2. Tindakan manajer itu terlu keras sehingga akibatnya
menyebabkan karyawn berunjuk rasa.
Kata yang sama maknanya:
a) Adalah merupkan, b) mulai sejak, c) ulang kembali, d) amat sangat sekali

MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH
Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dengan syarat berikut ini. Problematis artinya menuntut pemecahan masalah, tidak hanya membicarakan sesuatu tetapi harus mencari pemecahan masalah. Dengan kata lain, sebuah topik tidak hanya dideskripsikan, tetapi dianalisis dan dicari solusinya sampai pada akhirnya ditegaskan pada simpulan dan bila perlu diusulkan dengan saran. Misalnya, topik pengembangan industri kayu. Di sini kita tidak hanya berbicara apa dan bagaimana perkembangan industri kayu itu. Akan tetapi, kita harus mencari upaya apa yang harus ditempuh untuk mengembangkan industri kayu sebagai salah satu kegiatan ekonomi masyarakat.
Terbatas maksudnya pokok bahasan tidak terlalu melebar jauh sehingga penulis tidak mungkin mengkajinya dan data tak mungkin diperoleh. Topik yang terlalu luas harus dibatasi dengan pembatasan substansi, lokasi, waktu dsb. Misalnya, urusan penanggulangan pencemaran harus dibatasi pencemaran apa , misalnya, limbah, lalu limbah apa misalnya limbah rumah sakit. Pada judul dapat dibatasi lagi dengan menambahkan lokasinya dimana. Dengan pembatasan demikian, penulis dapat mengkaji dan membahas masalah tersebut secara mendalam dan tuntas dengan data yang jelas dapat diperoleh. Dengan demikian, karangan itu memenuhi salah satu ciri karangan ilmiah.
Syarat lain yang tak kurang pentingnya adalah topik itu menarik, penting, aktual, dan data dapat diperoleh baik data literatur maupun lapangan.
Tema adalah topik yang sudah jelas mengandung tujuan. Contoh: jika topik penanggulangan pencemaran udara disertai tujuan menanggulangi pencemaran udara dengan mengurangi emisi kendaraan bermotor maka temanya : penanggulangan pencemaran udara melalui pengurangan emisi kendaraan bermotor. Dari topik dan tema dapat diangkat menjadi judul karangan ilmiah. Judul karangan ilmiah harus memenuhi syarat (a) menggambarkan isi, (b) singkat, (c) menarik minat pembaca, dan (d) tidak provokatif.
Contoh : Upaya menurunkan risiko bahaya gempa bumi.

Tugas 4 Bahasa Indonesia 2 ( Tulisan Ilmiah Teknis )

Mencangkok
Mencangkok atau okulasi adalah teknik pengembangbiakan tanaman yg sangat cocok utk di tanam di dalam pot. Di samping karena qualitas buahnya terjaga sama spt induknya juga nantinya pohon tumbuh tidak terlalu tinggi. Pohon yg dikembangbiakan dg teknik cangkok tidak akan mempunyai akar tunggang.
Tanaman yg dapat dicangkok adalah tanaman buah berkayu keras atau berkambium. Contoh : Mangga, jambu, jambu air, jeruk, dll.
Alat-alat yg diperlukan :
1. Pisau yg kuat dan tajam.
2. Serabut kelapa atau plastik kresek.
3. Tali atau karet ban dalam bekas.
4. paku panjang 10 cm.
5. Ember atau apa saja media lain utk menampung air.
6. kursi/tangga/stegger, jika cabang terlalu tinggi.
7. Campuran tanah subur : Pupuk kandang : serabuk gergaji perbandingan 1:1:1

Langkah-langkah mencangkok :
1. Pertama, pastikan bahwa induk semang tanaman adalah dari varietas unggul, agar hasilnya nanti adalah bibit unggul juga.
2. Tentukan cabang yg lurus dan cukup besar agar nanti pohon cukup kuat utk mandiri. Kira – kira sebesar pergelangan tangan anak atau berdiameter 3 cm.
3. Selanjutnya, kerat pangkal cabang menggunakan pisau. Kerat sekali lagi dari keratan pertama berjarak sekitar satu kepalan tangan atau 5 cm.
4. Buang kulit antara keratan tadi.
5. Setelah kulit kayu bersih, kerok lendir/getah sampai bersih dan kayu tidak licin lagi.
6. Ambil serabut kelapa atau plastik secukupnya ikat bagian bawah dulu.
7. Bentuk sedemikian rupa sehingga membentuk penampung, isi dengan campuran tanah yg sudah dipersiapkan. Isian harus cukup padat dengan cara ditekan-tekan.
8. Ikat bagian atas serabut atau plastik dan pastikan campuran tanah tertutup rapat.
9. Buat lubang-lubang utk pembuangan air berjarak 1 cm antar lubangnya (jika medianya adalah plastik).
10. Siram air sampai air menetes dari cangkokan.

Tunggulah sekitar 4-6 minggu sebelum cangkokan siap dipisahkan dari induknya. Ingat selalu utk menyirami cangkokan setiap pagi dan sore hari. Utk memastikan bahwa tanaman yg dicangkok sudah jadi, check apakah sudah keluar akar yg cukup banyak, biasanya sampai menembuas plastik atau serabut pembungkus. Jika kondisi ini sudah memenuhi syarat, potong tanaman dari induknya. Sebaiknya memotong menggunakan gergaji agar tanaman tidak rusak. Kurangi daun dan ranting. sisakan beberapa lembar daun saja.

Tugas 3 Bahasa Indonesia 2

Latihan BAB IV (deduksi) dari Buku Argumentasi dan Narasi karya Gorys Keraf dari no 1 – 5.
1. Apa yang akan anda simpulkan dengan mengunakan data-data berikut ini :
a. Hasil tahun pertama pelita I bagi Departemen PUTL adalah anggaran yang ditetapkan Rp 33.690.000.000,- sebelum habis tahun anggaran itu sudah habis dipakai, sebab itu departeman ini mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp. 6.365.000.000,-
Jawab :
Dapat ditarik kesimpulan dana yang ada pada tahun pelita I dengan Rp 33.690.000.000 telah habis dipakai dan mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp 6.365.000.000 yang dimiliki oleh departemen sekarang dana itu diperoleh sebelum habis tahun.
b. Departemen P & K
Anggaran belanja yang ditetapkan Rp. 5.500.000.000,-. Dalam bulan Februari 1970 baru digunakan Rp. 2.500.000.000,-
Jawab :
Dilihat dari data diatas dapat diambil kesimpulan yang telah di belanjakan oleh Depertemen P & K pada bulan Februari Rp. 2500.000.000 sedangkan anggarannya yaitu Rp. 5.500.000.000 maka dana yang dimiliki Depertemen P & K setelah di belanjakan sebesar Rp. 3.000.000.000,-
c. Departemen pertanian :
Anggaran yang ditetapkan Rp 6.697.948.200,-
Terpakai Rp 6.675.415.470,-
Jawab :
Maka dapat disimpulkan Depertemen Pertanian memiliki anggaran yang telah ditetapkan sebesar 6.697.948.200,- dana anggaran tersebut telah digunakan sebesar Rp. 6.675.415.470 maka sisa anggaran tersebut adalah sebesar Rp 22.532.730,- .
2. Jalan pikiran dibawah ini menggunakan corak penalaran yang mana ?
Benarkah proses penalaran ini ?
a. Untuk memahami seorang pemabuk, maka seorang penyelidik harus minum sampai mabuk .
Jawab :
Penaralan ini masuk ke Silogisme Hipotesis, dan Proses Penalaran ini tidak benar.
b. Pemerintahan berkewajiban mejaga keselamatan jiwa raga bangsa Indonesia. Untuk menjaga keselamatan jiwa raga bangsa dan moral bangsa, pemerintahan berhak mengadakan sensor terhadap film-film. Untuk itu pemerintah membentuk panitia sensor yang bertugas mensensor semua film. Sebab itu apapun keputusan panitia, harus diterima oleh semua rakyat Indonesia.
Jawab :
Penalaran ini masuk ke Silogisme Kategorial dan Proses dari penalaran tersebut Benar
c. Mereka yang melakukan korupsi juta rupiah atas uang Negara, diminta untuk menyelesaikan pekaranya diluar pengadilan. Orang–orang semacam itu bisanya orang yang berada dan berkedudukan tinggi. Mat Bagong ditangkap , dipukul dan ditahan berbulan-bulan karna memalsukan kuitansi pengobatan dengan selisih Rp. 150,- ia akhirnya dijatuhi hukuman penjara tiga bulan. Sebab itu lebih baik mengkorup uang jutaan rupiah daripada memalsukan kuitansi yang berjumalah Rp. 150,-
Jawab :
Penalaran yang diatas termasuk penalaran Deduksi dan Proses dai Penalaran ini Tidak Benar.
3. Tetapkan jenis silogisme berikut :
a. Tiap orang Indonesia termasuk pembayaran pajak atau tidak. Ia adalah pembayar pajak. Sebab itu, ia tidak termasuk orang Indonesia yang tidak membayar pajak .
Jawab :
Jenis Silogisme yang diatas adalah Silogisme Hipotesis
b. Seorang yang dikuasi oleh kemarahan akan kehilangan akal sehatnya. Pak sabar tidak pernah marah sesaat pun. Sebab itu ia tidak pernah kehilangan akal sehatnya.
Jawab :
Jenis silogisme diatas adalah Silogisme Kategoria.
c. Mereka yang dari lahirkaya tidak mebayangkan bagaimana menjadi orang miskin. Pak Karta adalah orang yang tidak kaya dai kelahiran. Sebab itu ia bias membayangkan betapa menjadi oang miskin.
Jawab :
Jadi jenis silogisme pada point c adalah Silogisme Alternatif.
d. Semua yang masuk perguruan tinggi adalah Mahasiswa. Bejo adalah seorang yang masuk perguruan tinggi. Sebab itu Bejo adalah seorang Mahasiswa.
Jawab :
Jenis Silogisme pada Point d adalah termasukSilogisme Kategorial.
4. “ karena semua pesawat Garuda yang saya tumapangi adalah pesawat yang bermesin yet, maka semua pesawat milik Garuda adalah pesawat bermesin yet . “
Yang mana dari penalaran berikut paling mirip dengan penalaran diatas ? Jelaskan !
a. Karena semua mahasiswa yang telah saya jumpai adalah orang-orang yang cerdas, maka tampak hanya sedikit yang akan gagal dalam ujian
Jawab :
Kalimat dari penalaran point a Tidak mirip karena dari kalimat tersebut tidak saling berkaitan
b. Semua bahasa didunia yang pernah saya pelajai memiliki kata seru : kata seru ini memiliki unsure primitive dari bahasa yang bentuk kalimat yang masih betahan
Jawab :
Kalimat penalaran point b Tidak mirip dengan penalaran yang diatas karena keduanya tidak saling berkaitan.
c. Karena semua novel yang ditulisnya cenderung bernada seks, maka agaknya ia tertarik dengan masalah seks
Jawab :
Penalaran diatas Ya Mirip dengan penalaran yang di atas karena keduanya saling berkaitan.
d. Karena semua buruh di perusahan itu rajin melaksanakan tugasnya, maka semuanya adalah buruh yang penuh tanggung jawab
Jawab :
Penalaran Point d Tidak Mirip dengan penalaan di atas karena kalimat penalaran tersebuat tidak saling berkaitan.
e. Karena semua kapal yang pernah saya tumpangi memberikan pelayanan yang sangat memuaskan maka semua kapal sangat memuaskan servisnya.
Jawab :
Penalaran Point e Ya mirip dengan penalaran diatas karena kalimat penalaran tersebut keduanya saling berkaitan.
5. Peluaslah entimem berikut menjadi sebuah silogisme !
a. Ia seorang Negara yang baik, sebab setiap ada aksi-aksi social untuk kepentingan bangsa ia selalu ikut .
Jawab : Silogisme kategorial.
Mayor : Seorang warga yang baik adalah selalu ikut setiap ada aksi-aksi social untukkepentingan bangsa.
Minor : Ia adalah seorang warga yang baik.
Konklusi : Sebab itu,ia selalu ikut setiap ada aksi-aksi sosial untuk kepentingan bangsa.
b. Ia pasti seorang ahli dalam bidang matematik, karena ia mengajar metmatika di fakultas, tersebut.
Jawab : Silogisme kategorial.
Mayor : Siapa saja yang ahli dalam bidang matematik adalah yang mengajarmatematik di fakultas tesebut
Minor : Ia adalah seorang yang ahli dalam bidang matematik.
Konklusi : Sebab itu, ia mengajar matematik di fakultas tersebut ahli dalam bidang matematik.
c. Kita harus mmbantu usaha peri kemanusiaan yang telah di cetuskan oleh presiden, karena usaha ini merupakan jalan yang paling baik untuk memanjukan putra-putri Irian Jaya.
Jawab : Silogisme kategorial
Mayor : Usaha peri kemanusiaan yang telah dicetuskan oleh pesiden adalah untuk memajukan putra-putri Irian Jaya.
Minor : Usaha itu merupakan jalan yang paling baik.
Konklusi : Usaha itu merupakan jalan yang paling baik untuk memajukan putra- putri Irian Jaya.
d. Mereka menerima syarat pekejaan itu karena mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.
Jawab : Silogisme kategorial
Mayor : Syarat kerja itu mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya
Minor : Mereka menerima syarat kerja itu.
Konklusi : Mereka menerima syarat kerja itu yang mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.
e. Ia pasti berhasil dalam dunia usaha internasional, karena ia menguasai lima bahasa dunia.
Jawab : Silogisme Hipotesis
Mayor : berhasil dalam dunia usaha internasional.
Minor : Ia menguasai 5 bahasa dunia
Konklusi : sebab itu, Ia pasti berhasil dalam dunia usaha internasional.
f. Ia harus memasuki perguruan tinggi , karena ia berbakat.
Jawab : Silogisme Hipotesis
Mayor : Jika berbakat, maka ia harus memasuki perguruan tinggi.
Minor : Ia berbakat
Konklusi : Sebab itu, Ia harus memasuki perguruan tinggi.

Tugas 2 Bahasa Indonesia 2

Paragraf Generalisasi
Setelah diadakan peninjauan ke Desa Pekayon Bekasi, diketahui persentase penggunaan listrik di RW 01 desa tersebut sebanyak 90%. Rumah penduduk yang telah menggunakan listrik, di RW 02 sebanyak 95%, RW 03 sebanyak 100%, dan RW 04 sebanyak 85%. Boleh dikatakan, di Desa Pekayon 92% rumah penduduk sudah menggunakan listrik.
Paragraf Analogi
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak. Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Paragraf Kausalitas
- Sebab Akibat
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
- Akibat Sebab
Hasil panen para petani di Desa Cikaret hampir setiap musim tidak memuaskan. Banyak tanaman yang mati sebelum berbuah karena diserang hama. Banyak pula tanaman yang tidak berhasil tumbuh dengan baik. Bukan itu saja, pengairan pun tidak berjalan dengan lancar dan penataan letak tanaman tidak sesuai dengan aturannya. Semua itu merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan para petani dalam pengolahan pertanian.

Tugas 1 Bahasa Indonesia 2

MENULIS MERUPAKAN SUATU PROSES PENALARAN

Menulis adalah suatu proses penalaran. Dalam menulis kita tidak hanya menulis saja. Dalam menulis kita harus berpikir dan menghubungkan berbagai fakta. Suatu tulisan sebagai hasil proses bernalar mungkin merupakan hasil proses deduksi,induksi, atau gabungan keduanya. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan suatu pernyataan atau umum berupa kaidah, peraturan, teori atau pernyataan umum lainnya. Selanjutnya, pernyataan itu akan dikembangkan dengan pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian yang bersifat khusus. Sebaliknya, suatu tulisan yang bersifat induktif dimulai dengan rincian-rincian dan diakhiri dengan suatu kesimpulan umum atau generalisasi. Kemudian gabungan antara keduanya ( deduktif dan induktif ) dimulai dengan pernyataan umum yang diikuti dengan rincian-rincian.
Berbicara mengenai menulis atau mengarang kita sudah diperkenalkan untuk menulis sejak kita masih duduk dibangku sekolah dasar, sekitar kelas 4 SD kita sudah diajarkan untuk menulis atau membuat karangan. Dalam hal ini fungsi dari pada kita mengarang yaitu menumbuhkan daya pikir kita untuk berekspresi mengenai suatu topik yangmana menstimulasi kita untuk berpikir mengenai suatu masalah atau ide pokok pikiran yang menimbulkan kreatifitas dalam diri seseorang yaitu dengan menuangkan apa yang ada dalam pikiran kita mengenai suatu topik, mengajak kita untuk terampil dalam menulis dengan pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan. Dengan menulis membuat siswa agar terampil berkomuniksai secara tertulis. Namun berdasarkan pengalaman, banyak siswa yang tidak suka menulis dikarenakan berbagai kendala yaitu siswa tidak tahu apa yang harus mereka tuliskan, bagaimana cara menulis yang benar. Untuk itulah sejak dini kita diajarkan menulis karena menulis tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui proses yaitu latihan dan praktek yang teratur, walaupun kita tahu bahwa menulis bukanlah hal yang mudah, menulis harus penuh dengan ketelitian, kesabaran, dan keuletan.